Iklan

DAFTAR WARTAWAN DISINI oleh redaksi investigasi
Kamis, 27 November 2025, November 27, 2025 WIB
Last Updated 2025-11-27T01:25:22Z
Bencana alamSuara Mangihut SinagaTurut Berduka

 

Mangihut Sinaga Ingatkan Pemerintah Pusat Turun Tangan Tangani Bencana Sumut

Mangihut Sinaga: “Sumut Berduka, Saatnya Pemerintah Bergerak Serempak”




Dairi/Investigasi.info

Serangkaian bencana hidrometeorologis kembali menghantam sejumlah wilayah di Sumatera Utara setelah hujan ekstrem mengguyur provinsi ini selama beberapa hari terakhir. Kota Sibolga, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Tapanuli Utara, Nias Selatan, hingga Kota Gunungsitoli mengalami banjir besar dan tanah longsor yang menyebabkan korban jiwa serta kerusakan masif.

Data sementara dari BNPB dan BPBD Sumatera Utara mengonfirmasi luasnya dampak bencana:
5 warga meninggal di Sibolga dan 4 lainnya belum ditemukan;

4 korban jiwa di Tapanuli Tengah akibat longsor;

8 korban meninggal dan lebih dari 2.851 warga mengungsi di Tapanuli Selatan;

Puluhan rumah, fasilitas umum, dan infrastruktur rusak di berbagai kabupaten/kota lainnya.

Situasi ini memantik keprihatinan mendalam dari Anggota Komisi III DPR RI Fraksi Partai Golkar, Mangihut Sinaga, S.H., M.H., yang menyampaikan duka cita bagi seluruh keluarga yang terdampak.
“Saya menyampaikan duka cita yang sedalam-dalamnya kepada seluruh keluarga korban. Ini bukan hanya musibah bagi daerah tertentu, tetapi luka bagi seluruh masyarakat Sumatera Utara,” ujar Mangihut.

Dorong Respons Cepat dan Sinergi Lintas Sektor
Fenomena Siklon Tropis KOTO dan Bibit Siklon 95B yang memicu curah hujan ekstrem, angin kencang, dan gelombang tinggi disebut Mangihut sebagai faktor pemicu kenaikan risiko bencana hidrologis di Sumut. Karena itu, ia menegaskan perlunya langkah tanggap darurat yang terstruktur dan terpadu.

“Saya mendesak seluruh instansi — BNPB, BPBD, TNI, Polri, pemerintah daerah, hingga relawan — untuk memperkuat sinergi. Prioritas kita ialah penyelamatan warga, percepatan evakuasi, serta memastikan tidak ada lagi korban jiwa,” tegasnya.

Menurut Mangihut, koordinasi lapangan menjadi kunci, mengingat kondisi cuaca masih fluktuatif dan berpotensi menimbulkan kejadian susulan.

Warga Diminta Tingkatkan Kesiapsiagaan Berbasis Informasi Cuaca
Dalam konteks adaptasi perubahan iklim dan mitigasi risiko bencana, Mangihut menyerukan peningkatan literasi kebencanaan di tingkat masyarakat. Ia mengimbau warga yang bermukim di bantaran sungai, lereng bukit, dan zona rawan longsor untuk lebih waspada terhadap dinamika cuaca.

“Keselamatan adalah yang utama. Bila intensitas hujan tinggi berlangsung lebih dari satu jam, warga di lokasi rawan longsor dan banjir sebaiknya segera mengungsi ke titik aman. Ikuti arahan petugas dan pantau informasi resmi dari BMKG,” tuturnya.

Ia juga menambahkan bahwa evakuasi mandiri secara cepat sering kali menjadi faktor penentu keselamatan pada situasi bencana alam.

Harapan untuk Dukungan Pemerintah Pusat dan Pemulihan Berkelanjutan
Selain mendesak penanganan darurat, Mangihut berharap pemerintah pusat mempercepat penyaluran bantuan logistik, layanan kesehatan, dapur umum, serta dukungan pemulihan sosial-ekonomi bagi ribuan warga terdampak.

“Semoga penanganan darurat berjalan cepat dan tepat. Kita berharap bantuan pemerintah pusat segera turun sehingga proses pemulihan dapat dilakukan secara efektif dan berkelanjutan,” pungkas Mangihut.

Dengan tingginya potensi bencana hidrometeorologis akibat perubahan pola iklim global, Mangihut mengingatkan bahwa mitigasi jangka panjang, penguatan infrastruktur, dan peningkatan kapasitas masyarakat menjadi agenda besar yang tak boleh diabaikan.(cs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar