300 Hari Kerja Bupati Dairi: Jejak Kepemimpinan Vickner Sinaga–Wahyu Daniel Sagala Menggerakkan Harapan Rakyat
Oleh: Clara Trimahdany Siahaan
Dairi | investigasi.info
Tiga ratus hari memang bukan rentan waktu yang panjang dalam perjalanan sejarah pemerintahan. Namun bagi Kabupaten Dairi, 300 hari masa kerja Bupati Ir. Vickner Sinaga bersama Wakil Bupati Wahyu Daniel Sagala telah menjadi fase awal yang menentukan—menandai hadirnya perubahan nyata yang mulai dirasakan langsung oleh masyarakat.
“Dalam waktu yang relatif singkat, kami sebagai warga sudah merasakan dampaknya. Pemerintah sekarang lebih hadir dan lebih responsif,” ujar A.limbong, warga Sidikalang, usai mengikuti salah satu kegiatan pelayanan publik.
Sejak awal kepemimpinan, Bupati Vickner Sinaga menampilkan pendekatan yang berbeda. Ia tidak sekadar menjalankan rutinitas birokrasi, tetapi berupaya menghadirkan solusi-solusi kontekstual yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Semangat Jatagena—yang berakar pada nilai gotong royong dan kebersamaan—dijadikan fondasi dalam menggerakkan roda pembangunan di Tanoh Dairi.
“Gotong royong itu benar-benar terasa. Pemerintah tidak berjalan sendiri, tetapi mengajak masyarakat menjadi bagian dari proses pembangunan,” ungkap boru manurung penggiat budaya . Pola kepemimpinan seperti ini, menurutnya, menumbuhkan rasa dihargai, dilibatkan, dan memiliki terhadap program-program pemerintah.
Di bidang sosial, berbagai bantuan digulirkan secara lebih inklusif dan berkeadilan. Tidak hanya menyasar masyarakat miskin, tetapi juga kelompok disabilitas dan warga rentan lainnya. “Dulu kami sering terabaikan. Sekarang bantuan itu nyata dan tepat sasaran,” tutur Jhon Manik, penyandang disabilitas penerima bantuan sosial.
Perjuangan gigih Pemerintah Kabupaten Dairi juga membuahkan hasil strategis di tingkat nasional. Dari 104 daerah se-Indonesia, Kabupaten Dairi berhasil memperoleh satu Sekolah Rakyat Program Kementerian Sosial, yang dalam waktu dekat akan segera memasuki tahap pembangunan. Program ini dipandang sebagai investasi jangka panjang dalam memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan yang berkeadilan.
Sementara itu, komitmen terhadap lingkungan hidup diwujudkan melalui Program Satu Juta Pohon, yang hingga kini telah mencapai lebih dari 45 ribu pohon dan tersebar di berbagai kecamatan. Langkah ini menegaskan posisi Dairi sebagai wilayah dataran tinggi penyangga ekosistem Danau Toba yang harus dijaga secara berkelanjutan.
Pada aspek tata kelola pemerintahan, kepemimpinan Vickner Sinaga–Wahyu Daniel Sagala menaruh perhatian besar pada pembentukan karakter aparatur. Pelatihan etos kerja diberikan kepada seluruh kepala desa, lurah, dan perangkat kabupaten sebagai upaya membangun budaya kerja yang disiplin, melayani, dan bertanggung jawab.
Di sektor ekonomi, penguatan UMKM terus didorong sebagai tulang punggung ekonomi rakyat. Pendekatan yang dilakukan bukan sekadar janji, tetapi diwujudkan melalui pendampingan dan keberpihakan kebijakan. “Kami pelaku UMKM merasa benar-benar didorong. Ada perhatian nyata,” kata Sari Lumbantoruan, pelaku usaha kuliner lokal.
Pemerintah Kabupaten Dairi juga aktif berpartisipasi dalam program strategis nasional. Salah satunya melalui pendirian 169 Koperasi Merah Putih, sebagai penguatan ekonomi berbasis komunitas. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) pun telah berjalan dan mencapai lebih dari setengah target, memberi dampak langsung bagi kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.
Capaian lain yang patut dicatat adalah keberhasilan Dairi, bersama sejumlah kabupaten lain di Sumatera Utara, dalam mengembalikan status Green Card UNESCO Global Geopark. Prestasi ini bukan hanya soal pengakuan internasional, tetapi juga penegasan komitmen menjaga warisan geologi, budaya, dan lingkungan hidup Danau Toba secara berkelanjutan.
Salah satu capaian yang paling dirasakan langsung masyarakat adalah terwujudnya Universal Health Coverage (UHC). Melalui kebijakan ini, warga Dairi kini memperoleh jaminan layanan kesehatan tanpa dibebani biaya. “Sekarang kalau sakit, kami tidak lagi takut soal biaya. Ini sangat menenangkan,” ujar Maria Sinaga, warga yang baru saja menjalani perawatan.
Kepemimpinan ini juga tercermin pada momentum Hari Jadi Kabupaten Dairi, 1 Oktober lalu. Dalam waktu relatif singkat—hanya delapan hari—Pusat Kegiatan Layanan Umum (PKLU) berhasil dibangun dan diresmikan sebagai “hadiah ulang tahun” bagi masyarakat. Langkah cepat ini dinilai sebagai bukti bahwa jika pemimpin memiliki kemauan dan keberanian, hasil nyata dapat diwujudkan.
Meski demikian, masyarakat tetap menyimpan harapan dan catatan ke depan. Salah satunya terkait kebutuhan solusi jangka panjang untuk menjaga stabilitas ekonomi rakyat, terutama saat terjadi situasi darurat nasional seperti gangguan distribusi BBM yang sempat berlangsung selama delapan hari dan berdampak luas pada pelaku usaha.
Kabupaten Dairi sendiri merupakan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian 700–1.250 mdpl, berudara sejuk, serta berperan sebagai penyangga ekosistem Danau Toba. Terdiri atas 15 kecamatan, 8 kelurahan, dan 161 desa, Dairi memiliki potensi besar di sektor pertanian—mulai dari kopi Arabika dan Robusta, jagung, kentang, nilam, kemenyan, hingga buah-buahan unggulan seperti markisa dan terong Belanda.
Di bidang budaya dan pariwisata, Dairi dikenal sebagai tanah asal Suku Batak Pakpak. Taman Wisata Iman (TWI) menjadi simbol kerukunan antarumat beragama yang ikonik, namun juga membutuhkan polesan kebijakan berkelanjutan agar keaslian dan nilai historisnya tetap terjaga, sebagai bentuk penghormatan terhadap karya para pendahulu, MP Tumangger.
Kuliner khas seperti Ginaru Ncor dan durian Dairi yang musiman juga menyimpan potensi ekonomi besar. Masyarakat berharap, dengan gebrakan kebijakan yang tepat, hasil pertanian, kopi, dan durian Dairi dapat menembus pasar nasional hingga internasional.
Bagi masyarakat Batak—termasuk Batak Pakpak di Tanoh Dairi—kepemimpinan bukan sekadar urusan administratif, melainkan tugas adat dan panggilan moral. Ia harus dijalankan marhite hamoraon, hagabeon, dohot hasangapon: menghadirkan kesejahteraan, keberlanjutan hidup, dan kehormatan daerah.
Sebagai pemimpin yang takut akan Tuhan, setia pada janji, dan mau melayani tanpa membeda-bedakan, dari sanalah harapan rakyat bertumbuh. Dengan semangat marsiadapari dan doa yang terus dipanjatkan, masyarakat Dairi berharap kepemimpinan Bupati Ir. Vickner Sinaga dan Wakil Bupati Wahyu Daniel Sagala senantiasa berada dalam tuntunan Tuhan Yang Maha Esa.
Sebab bagi orang Batak dan Pakpak, kerja yang tulus adalah ibadah, dan kepemimpinan yang melayani akan meninggalkan tanda ni pasu-pasu—jejak berkat dan kebaikan yang kelak dikenang oleh generasi penerus di Tanoh Dairi.
Oleh: Clara Trimahdany Siahaan

Tidak ada komentar:
Posting Komentar